TUGAS : KELOMPOK 5
MATA KULIAH :
ASBID IV PATOLOGI
NAMA DOSEN : ERNI SKM.M.Kes
KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET)
DI
SUSUN OLEH :
1.
YUSRAH
YUSUF (11301)
2.
TSUAIBAH
ASLAMIYAH (11283)
3.
WIDYAWATI
(11294)
AKADEMI
KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011/2012
KATA PENGANTAR
Segala puji
serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya karena dalam kesempatan ini saya masih diberi waktu dan
gerak untuk dapat menyelesaikan makalah ASBID IV PATOLOGI “ KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU “ Tak lupa juga shalawat serta salam atas nama junjungan Nabi besar
Nabi Muhammad SAW, dan keluarga serta para sahabatnya.
Pada
kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang
telah memberikan bantuan materil maupun nonmateril demi terselesaikannya
makalah ini. Juga kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahannya.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami berharap
kepada setiap orang yang telah membaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk dijadikan acuan kami agar dapat lebih baik lagi dalam kesempatan
yang akan datang. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca.
Makassar, desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
Kata
Pengantar ................................................................................................................ ..
i
Daftar
Isi ............................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang ....................................................................................................... 1
2. Rumusan
Masalah ................................................................................................. 2
3. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
1. Definisi kehamilan ektopik terganggu................................................................... 3
2. Epidemiologi
kemilan ektopik terganggu.............................................................
4
3. Penyebab
kehamilan ektopik terganggu ............................................................... 5
4. Patofisiologi
kehamilan ektopik terganggu ......................................................... 9
5. Tanda dan
gejala kehamilan ektopik terganggu .................................................... 10
6. Penatalaksanaan
kehamilan ektopik terganggu .................................................... 11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
............................................................................................................ 13
2. Saran ...................................................................................................................... 13
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi
wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi
keadaan yang gawat , keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan
ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat
di hadapi kesehatan khususnya bidan dan
dokter, karna sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu
itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa
produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri
perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi
di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus .
Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai
progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik
terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat
meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan
ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini
dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat .
B. RUMUSAN
MASALAH
ü Pengertian
Kehamilan Ektopik terganggu?
ü Jelaskan
epidemIologi Kehamilan Ektopik terganggu ?
ü Penyebab
Kehamilan ektopik terganggu?
ü Patofisiologis
Kehamilan ektopik terganggu?
ü Tanda dan gejala Kehamilan ektopik terganggu?
ü Penatalaksanaan
Kehamilan
ektopik terganggu?
C.
TUJUAN
ü Menjelaskan
Pengertian KET
ü Menjelaskan
epidemiologi KET
ü Menjelaskan
Penyebab KET
ü Memaparkan
Patofisiologis KET
ü Menyebutkan
dan menjelaskan Tanda dan gejala KET
ü Menguraikan
Penatalaksanaan KET
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di
dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk
rudimeter rahim.
( Menurut Buku Obatetri Patologi Universitas Pajadjaran
Bandung, 1984 )
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot
terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba,
serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET)
merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga
terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan
hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu,
khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis,
sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli
kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat. KET
hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih
morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian,
kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
obstetri.
Perkembangan teknologi fertilitas
dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun
KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru. Kehamilan ektopik dapat
terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan
kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang
bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya.
Kehamilan
ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena
seolah-olah menjadi bom waktu dalam tubuh pasien. Hal ini terjadi bila tidak
ada fasilitas diagnostik yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai
daerah rural di Indonesia. Dengan diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan
ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.
2.
EPIDEMIOLOGI
Insidens kehamilan ektopik yang
sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif , mortalitas akibat
KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung
meningkat . Dengan berkembangan alat diagnostik canggih, semakin banyak
kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.
Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena
keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin,
bukan kehamilan ektopik. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan
keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang
reproduksi, seperti fertilisasi in vitro.
Sebagian
besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita
20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada
penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu.
Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada
daerah tuba (90%).
Antibiotik
dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan
menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat
perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba.
Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan
bahwa kehamilan etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam
dari pada kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak
pada wanita kulit hitam. Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang
adalah 1-14,6% .
Kontrasepsi
IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan di
rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa faktor predisposisi
untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah
persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara
relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan
intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik.
3.
PENYEBAB
Penyebab
kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di
ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba
dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat
nidasi masaih di tuba.
Ada berbagai macam faktor yang dapat
menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik
dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik
adalah:
a)
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
Risiko paling besar untuk kehamilan
ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan
meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
b)
Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron.
Kehamilan ektopik meningkat apabila
ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang
mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron
dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
c)
Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami
kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan
tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah:
ü Merokok
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
ü Penyakit Radang Panggul
Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
ü Endometriosis
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
ü Tindakan medis
Seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.
Seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.
d) Ibu
pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
e) Ibu
pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan.
f) Kondisi
tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
g) Memiliki
riwayat Penyakit Menular seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID
(pelvic inflamamtory disease)
h) Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk
trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
i) Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal
ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
j) Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat
menjadi sebab lumen tuba menyempit
k) Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan
pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum
ke uterus lambat.
l) Gangguan fisilogis
tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding
tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
m) Abortus buatan.
Pada sebagian besar kasus, kehamilan
ektopik berakhir pada kehamilan 6 – 10 minggu melalui beberapa cara : Abortus
Tuba atau Ruptura Tuba.
Abortus Tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh
darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta
membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium.
Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. Perjalanan lebih lanjut
dari abortus tuba Terjadi
pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah
fimbriae dan ampula.
Berulangnya
perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan
kematian ovum. Perjalanan selanjutnya adalah :
·
Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae
menunju cavum peritoneum.
·
Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang
terbungkus bekuan darah yang menyebabkan distensi tuba.
·
Pembentukan “tubal blood mole”.
Ruptura Tuba
Penyebab
utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan
muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang
dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda.
Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih
lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan
seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.
Perjalanan
lebih lanjut dari ruptura tuba
Terjadi
pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan
ektopik dengan implantasi didaerah isthmus. Ruptura pars ampularis umumnya
terjadi pada kehamilan 6 – 10 minggu , namun ruptura pada pars isthmica dapat
berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal. Pada keadaan ini trofoblast
menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba, ruptura dapat
berlangsung secara akut atau gradual . Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik
tuba maka dapat terjadihematoma ligamentum latum. Pada kehamilan
ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang
lebih “tua” dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.
Kehamilan Abdominal Sekunder
Suatu
keadaan yang sangat jarang terjadi, dimana ovum yang keluar dapat terus
berkembang dan trofoblas melekat pada organ abdomen. Pada sejumlah kasus,
kehamilan dapat mencapai aterm atau mati dan menjadi litopedion
RUPTURA TUBA
|
ABORTUS TUBA
|
KEHAMILAN
ABDOMINAL SEKUNDER
|
4. PATOFISIOLOGI
Pada
minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan
pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan
keras pada payudara.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:
a)
Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut
dapat terasa tajam awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut.
Nyeri bertambah hebat bila bergerak
b)
Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau
banyak seperti menstruasi)
c)
ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
d)
Gejala kehamilan awal
berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
e)
Nyeri pada abdomen dan
pelvis.
f)
Kolaps dan kelelahan.
g)
Denyut nadi cepat dan
lemah (110 kali per menit atau lebih).
h)
Hipotensi.
i)
Hipovolemia.
j)
Abdomen akut dan nyeri
pelvis.
k)
Distensi abdomen.
Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
petunjuk adanya darah bebas.
l)
Nyeri lepas.
m)
Pucat.
5. TANDA
DAN GEJALA
a) Nyeri
perut
Gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada
hampir semua penderita. Nyeri perut dapat unilateral atau bilateral diabdomen
bawah. Kadang – kadang terasa sampai daerah abdomen atas. Bila kavum abdomen
terisi darah lebih dari 500 ml, akan menyebabkan perut tegang, nyeri tekan
abdomen, distensi usus, dan kadang – kadang nyeri menjalar kebahu dan leher
karena adanya rangsang darah pada diafragma.
Nyeri tekan dapat terjadi pada palpasi abdomen
ataupun pada periksa dalam, yang kadang – kadang pada periksa dalam ditemukan
nyeri goyang portio, yang didapat dengan cara menggerakkan portio. Nyeri tekan
seperti itu mungkin tidak terasa sebelum ruptur.
b) Amenore
Walaupun amenore sering dikemukakan dalam anamnesis,
kita tidak boleh menarik kesimpulan bahwa kehamilan ektopik tidak mungkin kalau
gejala ini tidak ada.
c) Perdarahan
pervaginam
Matinya telur desidua yang mengalami degenerasi dan
nekrosis, selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk perdarahan. Perdarahan ini pada
umumnya sedikit, namun perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.
d) Syok
karena hipovolemik
Gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu dapat
tidak memberikan gejala yang jelas sampai berupa perdarahan banyak yang tiba –
tiba dalam rongga perut yang menyebabkan syok hipovomelik. Tanda syok lebih
jelas bila pasien duduk, juga terdapat oliguri. Terjadi bila curah jantung gagal
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh walaupun tekanan pengisian jantung
adekuat. Syok terjadi akibat aliran darah ventrikel mengalami hambatan secara
mekanik.
Vaskonstriksi memperngaruhi perfusi ginjal dan
timbul oliguria saluran cerna mengalami hipoperfusi, iskemik, distensi,
pengeluran meditor fase aktif dan akumulasi cairan.
e) Pembesaran
uterus
Pada
kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon – hormon
kehamilan, tetapi pada umunya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus
pada kehamilan intrauterin yang sama umumnya.
f) Tumor
dalam rongga panggul
Dalam
rongga panggul dapat teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan oleh kumpulan
darah dituba dan sekitarnya.
g) Perubahan
darah
Dapat
diduga bahwa kadar hemoglobin turun pada kehamilan ektopik terganggu karena
perdarahan yang banyak kedalam rongga perut. Perdaraha juga menimbulkan naiknya
angka leukosit yaitu pada perdarahan yang hebat angka leukosit tinggi,
sedangkan pada perdarahan sedikit demi sedikit leukosit normal atau hanya naik
sedikit. Leukosit meningkat karena menjadi pertahanan tubuh. Derajat
leukositosis sangat bervareasi pada kehamilan yang mengalami ruptur. ( sastra
winata, 2005 )
6.
PENATALAKSANAAN
a)
Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di Rumah
Sakit untuk penanggulangannya.
a)
Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan
umumnya dengan pemberian cairan yang cukup dan transfusi darah.
b)
Setelah diagnosis jelas atau sangat disangaka KET, dan
keadaan umum baik atau lumayan, segera dilakukan laparatomi untuk menghilangkan
sumber perdarahan dicari, diklem, dan dieksis sebersih mungkin kemudian diikat
sebaik – baiknya.
c)
Sisa – sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin supaya penyembuhan lebih cepat.
d)
Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi.
( Mochtar, 1998 )
Penanganan selanjutnya :
a) Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat
mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik
b) selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan
metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
ü Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral
selama 2 minggu.
ü Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam
waktu 4 minggu.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Suatu
kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi
selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen.
Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul
gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan
ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa
ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama
mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang
cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh
dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit
gawat darurat. KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat
diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang.
Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama
dalam bidang obstetri.
2.
SARAN
a)
Upaya peningkatan penyuluhan kepada ibu hamil tentang
pentingnya kunjungan ANC sedini mungkin sebagai upaya deteksi dini.
b)
Bagi pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan lebih
meningkatkan pelayanan dan keberhasilan dalam melaksanakan perawatan tidak
lepas dan adanya ketja sama tim dan keluarga.
c)
Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan proses
penerapan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
webmaster@mitrakeluarga.com date:06/12/2012
Sarwono, Prawihardjo.ilmu kandungan edisi ke
2 cetakan 7. Jakarta, 2009
keren-keren
BalasHapuskeren2,,,,
BalasHapuskeren2,,,,,
:) makasihhhhh