Selasa, 11 Desember 2012

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


TUGAS                      : KELOMPOK 5
MATA KULIAH         : ASBID IV PATOLOGI
NAMA DOSEN          : ERNI SKM.M.Kes

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)








DI SUSUN OLEH :
1.     YUSRAH YUSUF                  (11301)
2.     TSUAIBAH ASLAMIYAH (11283)
3.     WIDYAWATI                        (11294)



AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011/2012





KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya karena dalam kesempatan ini saya masih diberi waktu dan gerak untuk dapat menyelesaikan makalah ASBID IV PATOLOGI “ KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU “ Tak lupa juga shalawat serta salam atas nama junjungan Nabi besar Nabi Muhammad SAW, dan keluarga serta para sahabatnya.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan bantuan materil maupun nonmateril demi terselesaikannya makalah ini. Juga kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami berharap kepada setiap orang yang telah membaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun untuk dijadikan acuan kami  agar dapat lebih baik lagi dalam kesempatan yang akan datang. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca.



Makassar,  desember 2012
                                  

                                                                                                      Penyusun













DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                                              
Kata Pengantar  ................................................................................................................ .. i
Daftar Isi ............................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang .......................................................................................................  1
2.     Rumusan Masalah  .................................................................................................  2
3.     Tujuan  ...................................................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN

1.     Definisi kehamilan ektopik terganggu................................................................... 3

2.     Epidemiologi  kemilan ektopik terganggu............................................................. 4
3.     Penyebab kehamilan ektopik terganggu  ...............................................................  5
4.     Patofisiologi  kehamilan ektopik terganggu .........................................................  9
5.     Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu ....................................................  10
6.     Penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu  ....................................................  11

BAB III PENUTUP
1.     Kesimpulan ............................................................................................................ 13
2.     Saran  ......................................................................................................................  13
Daftar Pustaka




                                                                  
                                                                   BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
           
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat , keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi   kesehatan khususnya bidan dan dokter, karna sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus . Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat .






B.    RUMUSAN MASALAH

ü  Pengertian Kehamilan Ektopik terganggu?
ü  Jelaskan epidemIologi Kehamilan Ektopik terganggu ?
ü  Penyebab Kehamilan ektopik terganggu?
ü  Patofisiologis Kehamilan ektopik terganggu?
ü   Tanda dan gejala Kehamilan ektopik terganggu?
ü  Penatalaksanaan Kehamilan ektopik terganggu?

C.    TUJUAN

ü  Menjelaskan Pengertian KET
ü  Menjelaskan epidemiologi KET
ü  Menjelaskan Penyebab KET
ü  Memaparkan Patofisiologis KET
ü  Menyebutkan dan menjelaskan Tanda dan gejala KET
ü  Menguraikan Penatalaksanaan KET












BAB II
PEMBAHASAN

1.     PENGERTIAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.
( Menurut Buku Obatetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984 )
            Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat. KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri.

Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru. Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya.

            Kehamilan ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena seolah-olah menjadi bom waktu dalam tubuh pasien. Hal ini terjadi bila tidak ada fasilitas diagnostik yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai daerah rural di Indonesia. Dengan diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.

2.     EPIDEMIOLOGI

Insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif , mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung meningkat . Dengan berkembangan alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro.

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%).

Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba.

Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit hitam. Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adalah 1-14,6% .

Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik.

3.     PENYEBAB

Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masaih di tuba. 
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:
a)     Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
b)     Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron.
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
c)     Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah:
ü  Merokok
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
ü  Penyakit Radang Panggul
Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
ü  Endometriosis
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
ü  Tindakan medis
Seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.

d)     Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
e)     Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan.
f)      Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
g)     Memiliki riwayat Penyakit Menular seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)
h)     Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
i)      Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
j)      Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
k)     Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
l)       Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
m)   Abortus buatan.

Pada sebagian besar kasus, kehamilan ektopik berakhir pada kehamilan 6 – 10 minggu melalui beberapa cara : Abortus Tuba atau Ruptura Tuba.

Abortus Tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. Perjalanan lebih lanjut dari abortus tuba Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula.
Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan kematian ovum. Perjalanan selanjutnya adalah :
·       Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.
·       Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan distensi tuba.
·       Pembentukan “tubal blood mole”.
Ruptura Tuba
      Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.
Perjalanan lebih lanjut dari ruptura tuba
Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan implantasi didaerah isthmus. Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 – 10 minggu , namun ruptura pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal. Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual . Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadihematoma ligamentum latum. Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih “tua” dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.

Kehamilan Abdominal Sekunder
Suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, dimana ovum yang keluar dapat terus berkembang dan trofoblas melekat pada organ abdomen. Pada sejumlah kasus, kehamilan dapat mencapai aterm atau mati dan menjadi litopedion
RUPTURA TUBA
ABORTUS TUBA

KEHAMILAN ABDOMINAL SEKUNDER


4.     PATOFISIOLOGI
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:
a)     Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri bertambah hebat bila bergerak
b)     Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi)
c)     ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
d)     Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
e)     Nyeri pada abdomen dan pelvis.
f)      Kolaps dan kelelahan.
g)     Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
h)     Hipotensi.
i)      Hipovolemia.
j)      Abdomen akut dan nyeri pelvis.
k)     Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
l)      Nyeri lepas.
m)   Pucat.


5.     TANDA DAN GEJALA

a)     Nyeri perut
Gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada hampir semua penderita. Nyeri perut dapat unilateral atau bilateral diabdomen bawah. Kadang – kadang terasa sampai daerah abdomen atas. Bila kavum abdomen terisi darah lebih dari 500 ml, akan menyebabkan perut tegang, nyeri tekan abdomen, distensi usus, dan kadang – kadang nyeri menjalar kebahu dan leher karena adanya rangsang darah pada diafragma.
Nyeri tekan dapat terjadi pada palpasi abdomen ataupun pada periksa dalam, yang kadang – kadang pada periksa dalam ditemukan nyeri goyang portio, yang didapat dengan cara menggerakkan portio. Nyeri tekan seperti itu mungkin tidak terasa sebelum ruptur.
b)     Amenore
Walaupun amenore sering dikemukakan dalam anamnesis, kita tidak boleh menarik kesimpulan bahwa kehamilan ektopik tidak mungkin kalau gejala ini tidak ada.
c)     Perdarahan pervaginam
Matinya telur desidua yang mengalami degenerasi dan nekrosis, selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, namun perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.
d)     Syok karena hipovolemik
Gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu dapat tidak memberikan gejala yang jelas sampai berupa perdarahan banyak yang tiba – tiba dalam rongga perut yang menyebabkan syok hipovomelik. Tanda syok lebih jelas bila pasien duduk, juga terdapat oliguri. Terjadi bila curah jantung gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh walaupun tekanan pengisian jantung adekuat. Syok terjadi akibat aliran darah ventrikel mengalami hambatan secara mekanik.
Vaskonstriksi memperngaruhi perfusi ginjal dan timbul oliguria saluran cerna mengalami hipoperfusi, iskemik, distensi, pengeluran meditor fase aktif dan akumulasi cairan.

e)     Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon – hormon kehamilan, tetapi pada umunya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umumnya.
f)      Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul dapat teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan oleh kumpulan darah dituba dan sekitarnya.
g)     Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar hemoglobin turun pada kehamilan ektopik terganggu karena perdarahan yang banyak kedalam rongga perut. Perdaraha juga menimbulkan naiknya angka leukosit yaitu pada perdarahan yang hebat angka leukosit tinggi, sedangkan pada perdarahan sedikit demi sedikit leukosit normal atau hanya naik sedikit. Leukosit meningkat karena menjadi pertahanan tubuh. Derajat leukositosis sangat bervareasi pada kehamilan yang mengalami ruptur. ( sastra winata, 2005 )

6.     PENATALAKSANAAN

a)     Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di Rumah Sakit untuk penanggulangannya.
a)     Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan yang cukup dan transfusi darah.
b)     Setelah diagnosis jelas atau sangat disangaka KET, dan keadaan umum baik atau lumayan, segera dilakukan laparatomi untuk menghilangkan sumber perdarahan dicari, diklem, dan dieksis sebersih mungkin kemudian diikat sebaik – baiknya.
c)     Sisa – sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat.
d)     Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi. ( Mochtar, 1998 )

Penanganan selanjutnya :
a)     Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik
b)     selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
ü  Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu.
ü  Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu. 



















BAB III
PENUTUP

1.     KESIMPULAN
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat. KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri.

2.     SARAN
a)     Upaya peningkatan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya kunjungan ANC sedini mungkin sebagai upaya deteksi dini.
b)     Bagi pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pelayanan dan keberhasilan dalam melaksanakan perawatan tidak lepas dan adanya ketja sama tim dan keluarga.
c)     Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan proses penerapan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah.



DAFTAR PUSTAKA

webmaster@mitrakeluarga.com date:06/12/2012
  Sarwono, Prawihardjo.ilmu kandungan edisi ke 2 cetakan 7. Jakarta, 2009

2 komentar: