Sabtu, 22 Februari 2014

PROPASAL 7T



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
                        Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, dimana kehamilan melibatkan perubahan fisik dan emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan diinginkan berlangsung dengan normal dan menghasilkan bayi yang sehat, namun kadang kala tidak sesuai yang diharapkan, sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah seorang ibu hamil akan bermasalah dalam kehamilannya (Saifuddin A.B, 2010: 58).
                        Salah satu barometer untuk menentukan keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara adalah angka kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo S, 2006: 107).
                        World Health Organisation  (WHO)   memperkirakan    bahwa    lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun akibat persalinan dan beberapa juta lagi menjadi sakit atau cacat, dan nampaknya hal ini menarik perhatian cukup besar sehingga dilakukan berbagai usaha untuk menanganinya misalnya program menciptakan kehamilan yang aman (Kate, 2009).
                        Sesuai  hasil survei  demografi dan  kesehatan  Indonesia           (SDKI)  2012,  angka     kematian   ibu   di          Indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu hamil/melahirkan. Masih tingginya angka ibu melahirkan itu sangat memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan tahun 2011 Angka kematian ibu berkisar  76/100 ribu kelahiran hidup  yang disebabkan oleh perdarahan dan eklampsia yang dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) yang memadai (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan).
                  Antenatal Care adalah program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas, mortalitas ibu dan perinatal.   (Saputra, 2009: 78).
Antenatal care merupakan cara untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan mendeteksi sedini mungkin jika timbul masalah, yang dilakukan minimal empat kali selama kehamilan (Saifuddin, 2012: 60).
Pelayanan ANC yang di berikan harus terfokus untuk menjamin, mendukung serta menjaga keadaan ibu dan janin selalu dalam keadaan baik selama kehamilan sehingga kelahiran dapat berlangsung normal. Untuk mencapai tujuan utama ANC ibu dan bayi yang sehat tenaga kesehatan yang terampil harus mampu mencapai hal-hal di bawah ini:
1.    Deteksi dini dan pengobatan tepat terhadap komplikasi dan masalah/gangguan kesehatan yang terjadi
2.    Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya
3.    . Persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi.
4.    Penyuluhan kesehatan dan konseling.
 Standar minimal pelayanan 7T menurut Depkes 2009 adalah antara lain:
  1. (Timbang) berat badan :Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
  2. (Ukur (tekanan) darah: Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
  3. Ukur (tinggi) fundus uteri: Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
  4. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap: Untuk mencegah tetanus neonatorum.
  5. Pemberian (tablet besi) minimal 90 tablet selama kehamilan
  6. (Tes)  terhadap penyakit menular seksual: melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung normal.
  7. (Temu)  wicara dalam rangka pensiapan rujukan: memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang tanda-tanda resiko kehamilan.
Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Ibu Dan Anak St Fatimah Makassar merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat secara umum, Poliklinik KIA/KB melayani pemeriksaan kehamilan dengan jumlah kunjungan   rata-rata perhari 10 orang, pada tahun 2011 jumlah kunjungan  sekitar 3574 orang, pada tahun 2012 meningkat menjadi 4083 kunjungan, tahun 2013  sekitar 3326 kunjungan, serta telah melakukan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, tinggi fundus uteri, imunisasi TT, tablet zat besi, tes penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Rekam Medik RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar 2014).
Pelayanan 7T merupakan standar dalam pelayanan antenatal tetapi tidak semua ibu mengerti dan mau bekerja sama dengan petugas untuk melaksanakan hal tersebut, utamanya tes penyakit menular seksual yang masih diangggap tabu dimasyarakat karena menyangkut aib seseorang sehingga diperlukan keterampilan konseling agar ibu hamil mengerti  tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang pelayanan 7T di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar
B.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah gambaran umum pelayanan penimbangan berat badan di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
2.    Bagaimanakah  gambaran umum pelayanan pengukuran tinggi fundus uteri di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
3.    Bagaimanakah gambaran umum pelayanan pengukuran tekanan darah di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
4.    Bagaimanakah  gambaran umum pelayanan pemberian tablet tambah darah di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
5.    Bagaimanakah  gambaran umum pelayanan pemberian imunisasi TT di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
6.    Bagaimanakah  gambaran umum pelayanan tes penyakit menular seksual di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
7.    Bagaimanakah  gambaran umum pelayanan temu wicara dalam proses rujukan di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014?
C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk  mengetahui gambaran umum pelayanan 7T pada ibu hamil     di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar tahun 2014.
2.    Tujuan khusus
a.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan penimbangan berat badan.
b.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan pengukuran tinggi fundus uteri
c.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan pengukuran tekanan darah.
d.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan pemberian tablet tambah darah.
e.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan pemberian imunisasi TT.
f.     Diketahuinya gambaran umum pelayanan tes penyakit menular seksual.
g.    Diketahuinya gambaran umum pelayanan temu wicara dalam proses rujukan.
D.   Manfaat Penelitian
1.     Manfaat Praktis.
Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan langkah-langkah yang dapat diambil agar semua ibu hamil mendapatkan pelayanan 7T.
2.     Manfaat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan dan cakrawala berfikir bagi peneliti lain yang berkaitan dengan       pelayanan 7T.
3.     Manfaat institusi
Sebagai pedoman/acuan bagi institusi pendidikan kebidanan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
4.      Manfaat bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang di dapatkan, dan menambah wawasan untuk memberikan pelayanan 7T agar kesehatan ibu dan anak dapat ditingkatkan.
           



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum  tentang Kehamilan

1.    Pengertian
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, dengan lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2010: 162).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku ilmu kebidanan (2009: 213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga minggu ke 40).
2.    Perubahan-perubahan yang terjadi pada kehamilan
(Prawirohardjo S, 2010: 174)
a.    Perubahan anatomi dan fisiologis
1)    Uterus
          Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus. Di samping itu serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
2)    Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
3)    Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah agak kebiru-biruan, yang biasanya dikenal sebagai tanda Chadwick.
4)    Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormon estrogen. Hormon estrogen menyebabkan hipervaskularisasi sehingga konsistensi serviks menjadi lunak.


5)    Payudara
Payudara mengalami perubahan-perubahan sebagai persiapan untuk memberikan ASI pada masa laktasi. Payudara akan tampak menjadi lebih besar, areola menjadi lebih hitam dan payudara lebih menonjol. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen, progesteron dan hormon somatotropin. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, progesteron menambah sel-sel acinus sedangkan somatotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel accinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga perubahan kasein, lactalglobulin dan lactalbumin, dengan demikian mamma dipersiapkan untuk laktasi.
6)    Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi yang disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. Deposit pigmen/hiperpigmentasi ini biasa terdapat pada dahi, pipi dan hidung yang biasa dikenal sebagai kloasma gravidarum. Kadang-kadang juga terdapat pada leher dan mammae. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan yang disebut striae livide.
7)    Sistem sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat-alat lain  yang memang berfungsi berlebihan. Volume darah ibu akan bertambah secara fisiologik dengan adanya pengenceran darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25% dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu -diikuti dengan cardiac output yang meningkat ± 30%.
8)    Sistem pernapasan
Pada kehamilan lanjut, biasanya 32 minggu ke atas tidak jarang ibu mengeluh sesak nafas. Hal ini disebabkan oleh usus-usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus.
9)    Sistem pencernaan
          Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek, mual dan muntah. Mungkin ini disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot tractus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh tractus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada di dalam usus.
10) Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus sudah keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila bagian terendah janin mulai turun          ke pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
11) Metabolisme dalam kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolisme Rate (BMR) meninggi, sistem endokrin juga meninggi dan nampak lebih jelas kelenjar gondoknya. Basal metabolisme rate meningkat hingga 15 – 20 % yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir.
Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas.



b.    Perubahan psikologis pada wanita hamil (Varney, 2007)
1)   Trimester pertama (1 – 3 bulan)
Pada semester pertama, seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikannya dengan seksama. Sebagian besar wanita mengalami kegembiraan karena mereka telah dapat menyesuaikan diri dengan rencana membentuk hidup baru. Karena tubuh dan emosi seluruhnya berhubungan, perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi. Calon ibu akan merasa tidak sehat benar dan umumnya mengalami depresi.
2)   Trimester kedua (4 – 6 bulan)
Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang. Ia telah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Janin masih kecil dan belum menyebabkan ketidaknyamanan dengan ukurannya.
3)   Trimester ketiga (7 – 9  bulan)
  Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena menunggu kelahiran bayi. Sekitar bulan kedelapan mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah. Dua minggu sebelum melahirkan sebagian besar wanita mulai mengalami perasaan senang, yang mencapai klimaksnya sekitar 24 jam setelah melahirkan.
3.    Diagnosis kehamilan (Wahyudi, 2009: 201)
a.    Tanda kehamilan tidak pasti :
1)    Amenore (tidak mendapat haid).
2)    Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
3)    Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).
4)    Konstipasi / obstipasi.
5)    Sering kencing.
6)    Pingsan dan mudah lelah.
7)    Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
8)    Pigmentasi kulit.
9)    Leukore
10) Epulis(hipertrofi papila gingiva). Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
11) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara.
12) Daerah areola menghitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum pada kehamilan lebih 12 minggu.
13) Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.
14) Suhu basal meningkat terus 37,2-37,8°C
15) Tes kehamilan positif
c.    Tanda mungkin hamil
1)      Tanda Chadwick      : vagina livid, terjadi pada kehamilan          kira-kira 6 minggu.
2)      Tanda Hegar             : segmen bawah uterus lembek pada perabaan.
3)      Tanda Piscaseck     :    uterus membesar ke salah satu jurusan.
4)      Tanda Braxton-Hicks : uterus berkontraksi saat dirangsang. Tanda uterus ini khas pada masa kehamilan.
c.    Tanda pasti hamil
1)    Terasa bagian janin dan balotemen serta gerak janin pada palpasi.
2)    Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ) pada auskultasi. DJJ dapat terdengar saat menggunakan stetoskop Laennec pada mulai kehamilan 18-20 minggu sedangkan Doppler pada     mulai 12 minggu.
3)    Terlihat gambaran janin dengan menggunnakan ultrasonografi (USG) atau scanning.
4)    Tampak kerangka janin pada pemeriksaann sinar X. Sekarang tidak digunakan karena dampak radiasi terhadap janin.

B.   Tinjauan Umum tentang Antenatal Care

1.    Pengertian
Menurut MNH(Maternal Neonatal Healt) asuhan antenatal atau yang di kenal dengan Antenatal Care merupakan prosedur rutin yang di lakukan dilakukan oleh petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dala proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya.(Yuni kusmiyati dkk,2012: 18)
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan keadaan ibu dan janinnya secara berkala yang di ikuti dengan pengawasan antenatal (Sinkim, 2008: 68)
  1. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil  
Ada beberapa tujuan pemeriksaan ibu hamil secara keseluruhan yaitu:
a.    Memantau kemajuan kehamilan untuk mamastikan kehamilan ibu dan tumbuh kembang janin. 
b.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu. 
c.    Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,dan pembedahan. 
d.    Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin. 
e.    Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan air susu ibu (ASI) secara ekslusif. 
f.     Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal. 
g.    Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematiana neonatal. 
h.    Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin (Saifuddin A.B.,2011: 224)
1.                                                                                                                                     3.  Kebijakan program dan teknis asuhan antenatal                  (Saifuddin, A.B., 2008: 110).
a.    Kebijakan Program
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil:
1)   Satu kali pada triwulan pertama
2)    Satu kali pada triwulan kedua
3)    Dua kali pada triwulan ketiga
a)  Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7 T” :
(1)   Timbang berat badan
(2)    Ukur tekanan darah
(3)    Ukur tinggi fundus uteri
(4)    Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
(5)    Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
(6)    Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
(7)    Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
                 b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1)    Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2)    Melakukan deteksi dini komplikasi, melaksanakan penatalaksaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4)    Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk  melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

C.   Tinjauan Khusus tentang Pelayanan 7T

1.                    Pengertian pelayanan 7T
Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan yang meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemberian munisasi tetanus toxoid, pemberian tablet zat besi, tes penyakit menular seksual, temu wicara untuk persiapan rujukan (Saifuddin,A.B.2009:109).
2.                    Pelayanan 7T meliputi:
a.    Penimbangan berat badan
Menimbang berat badan harus selalu dilakukan pada tiap kunjungan. Berat badan ibu selama hamil harus bertambah. Tidak ada jumlah tertentu yang akurat untuk ibu hamil, kenaikan berat badan yang tepat tergantung dari beberapa variabel yaitu berat badan sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta, kualitas diet sebelum dan selama kehamilan (Sinkim, 2007: 63).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil kurus atau gemuk sebelum hamil akan menimbulkan risiko pada janin terutama apabila peningkatan atau penurunan yang sangat meninjol. Bila sangat kurus maka akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), namun berat badan bayi dari ibu hamil dengan berat badan normal atau kurus, lebih dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan berat badan selama hamil (Erwin & Trick,2007 :49)
Menurut Depkes RI, berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Resiko akan meningkat pada kasus-kasus:
1)    Kekurangan berat badan : wanita yang berat badannya kurang sebelum kehamilan cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah ( BBLR )
2)    Kelebihan berat badan : wanita yang kelebihan berat badan sebelum kehamilan cenderung mendapat hipertensi dan diabetes.
3)    Kenaikan berat badan yang berlebihan : kenaikan 3 kg atau lebih perbulan dapat diakibatkan oleh makanan yang berlebihan, terkumpulnya cairan dan kemungkinan terjadi kehamilan yang menginduksi hipertensi dan kehamilan kembar.
   Pertambahan berat badan ibu merupakan cermin dari pertumbuhan janin yang perlu diamati sedini mungkin sehingga pertumbuhan janin dapat diketahui karena janin bukan hanya bertambah besar tapi juga bertambah sempurna. ( Depkes RI )
Kenaikan berat badan setiap ibu hamil berbeda-beda tergantung dari berat badan sebelum hamil. Jika sebelum hamil berat badan ibu dibawah normal ( kurus ), pada trimester awal idealnya naik 2,25 kg. selanjutnya berat badan akan terus naik minimum 450 gr per minggunya. Dengan demikian total kenaikan berat badan selama kehamilan 13-18 kg. Jika sebelum hamil berat badan ibu itu normal, pada trimester pertama idealnya berat badan naik 1,5. Selanjutnya, berat badan akan terus naik minimum 450 gr per minggunya. Dengan demikian, total kenaikan berat badan selama kehamilan 11-16 kg. Namun jika sebelum hamil berat badan ibu diatas normal ( gemuk ), pada trimester awal idealnya naik hanya 900 gr. Stelah itu, per minggunya hanya naik 300 gr. Dengan demikian, total kenaikan selama kehamilan hanya 7-11 kg. ( Wibiosono, 2010: 175 )
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dengan tinggi badan 1,57 meter. Maka IMT-nya 51/(1,57)2 = 20,7. Nilai IMT mempunyai rentang:
         Nilai 19,8 – 26,6             = Normal
         Nilai < 19,8                      = Underweight
         Nilai 26,6 – 29.0             = Overweight
                 Nilai >  29,0                      = Obesitas
                  Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada penambahan berat badan keseluruhan. Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, antara 0,7 sampai 1,4 kg.  
                  Pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan teratur yaitu 0,35 – 0.4 kg per minggu.
        Komponen pertambahan berat badan ibu selama kehamilan.


Komponen pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
Jaringan ekstrauterin                      = 1 kg
Janin                                                  = 3 – 3,8 kg
Cairan amnion                                 = 1 kg
Plasenta                                            = 1 – 1,1 kg
Payudara                                           = 0,5 – 2 kg
Tambahan darah                             = 2 – 2,5 kg
Tambahan cairan jaringan             = 1,5 – 2,5 kg
Tambahan jaringan lemak             = 2 – 2,5 kg

Total                                                   = 11,5 – 16 kg
 
 
                





 


b.        Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah merupakan salah komponen dari      pelayanan 7T.  Tekanan darah adalah kekuatan yang dikeluarkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan darah berbeda pada tiap pembuluh darah vena, tertinggi pada arteri besar yang berdekatan dengan jantung dan menurun secara bertahap pada arteri yang lebih kecil, arteriol dan kapiler. Tekanan darah terus menurun pada saat darah mengalir kembali kejantung melalui venula dan vena. Pengukuran tekanan darah (diukur dalam milimiter air raksa/mmHg)  biasanya mencerminkan tekanan darah arteri, meskipun tekanan darah vena juga dapat diukur.
Perubahan hemodinamik selama kehamilan terjadi akibat perubahan hormon dan anatomi, menyebabkan peningkatan volume darah, peningkatan curah jantung dan frekwensi jantung. Meskipun perubahan normal ini meningkatkan tekanan darah, tetapi perubahan-perubahan tersebut diimbangi oleh efek progesteron pada dinding pembuluh darah, menimbulkan penurunan tahanan perifer.
Kehamilan biasanya tidak berkaitan dengan perubahan yang signifikan pada tekanan darah arteri. Tekanan darah biasanya mulai menurun pada trimester pertama kehamilan, pada saat efek progesteron mulai muncul sebelum volume darah meningkat secara bertahap sejak pertengahan kehamilan, kemudian kembali pada keadaan sebelum hamil pada kehamilan cukup bulan. Pada awalnya penurunan tekanan darah terjadi lebih sedikit pada tekanan sistolik daripada tekanan diastolik (Johnson, 2005: 210).
 Peningkatan tekanan darah yang signifikan dari tekanan darah pada awal kehamilan, memberikan peringatan dini bahwa pasien mungkin menderita hipertensi yang di induksi oleh kehamilan (juga dikenal sebagai preeklampsia). Karena itu tekanan darah wanita hamil harus diperiksa pada setiap kali kunjungan antenatal.
Tekanan darah pada kehamilan normal cenderung tetap konstan sampai pada sepuluh minggu terakhir, ketika tekanan darah dapat naik kurang dari 10 mmHg. Dengan konvensi, dinyatakan bahwa tekanan sistolik > 140 dan tekanan diatolik > 90 mmHg dianggap hipertensi. Namun, peningkatan tekanan      sistolik > 30 mmHg dan tekanan diastolik > 15 mmHg dari pengukuran dasar harus diperhatikan dan pengukuran harus dilakukan beberapa hari kemudian.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan, aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUFD) (askeb pada kehamilan fisiologi,2012: 30)
Masalah-masalah dalam pencacatan tekanan darah yang dapat membuat kekeliruan pembacaan terjadi pada pasien hamil maupun tidak hamil. Hal ini meliputi postur wanita tersebut, ukuran mansetnya, akurasi sfigmomanometernya, waktu pengukuran, dan status emosional pasien (Jones, 2006: 62).

c.        Pemeriksaan tinggi fundus uteri
Periksaan tinggi fundus uteri termasuk dalam pemeriksaan abdomen yang dilakukan untuk menetapkan dan memastikan bahwa pertumbuhan janin konsisten dengan usia gestasi selama perjalanan kehamilan. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan kekhawatiran pada ibu hamil dan komunikasi yang sensitif selama prosedur penting dilakukan (Salmah, 2006: 162).
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s (“McDonald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua dan ketiga (Prawirahardjo S, 2009: 280)
                  Tinggi fundus uteri bertambah sesuai dengan pertumbuhan janin, tetapi paritas ibu, ukuran dan kandung kemih yang penuh, letak lintang dan jumlah janin dapat mempengaruhi tinggi fundus uteri. Tinggi fundus uteri dapat dikaji melalui dua cara meskipun tidak satupun dari cara-cara tersebut yang reliabilitasnya absolut.
1)    Menggunakan indikator tradisional yang menggunakan struktur anatomi pada abdomen.
                            
Gambar 1. Tinggi fundus uteri dalam kehamilan
(Sumber : Helen Varney, 2004)

2)    Mengukur dengan meteran. Dilakukan pengukuran dari tepi atas simfisis pubis  ke bagian atas fundus, meteran mengikuti dinding perut.
Tinggi fundus yang tidak konsisten dengan usia gestasi dapat mengindikasikan:
a)    Struktur anatomi yang tidak reliabel misalnya abdomen yang panjang.
b)    Tanggal HPHT yang tidak akurat.
c)    Janin lebih kecil atau lebih besar dari yang seharusnya.
d)    Jumlah cairan amnion lebih banyak atau lebih sedikit dari yang seharusnya.
e)    Kehamilan kembar.
f)     Letak abnormal.
g)    Massa di uterus misalnya  fibroid, kista atau tumor.
h)   Tehnik yang salah.
i)     Kematian intrauterin (Jonshon, 2006: 92).
d.        Pemberian imunisasi tetanus toxoid (Deswita, 2010)
1)           Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Sedangkan vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
2)           Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a)      Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
b)      Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum.
3)           Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan  dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan.
4)           Umur kehamilan mendapat imunisasi TT
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan.


5)           Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
6)           Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat . TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan.
e.      Pemberian tablet zat besi         
               Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang beredar dalam tubuh. Tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. Pengenceran darah (hemodilusi pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30% - 40%, peningkatan sel darah 18% - 30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.
Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32–36 minggu. Bila hemoglobin itu sebelum hamil sekitar 11 gram % maka terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb ibu akan menjadi   9,5 sampai 10gr% (Prawiroahrdjo S, 2008: 286).
               Karena proses hemodilusi selama kehamilan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer kejanin, dengan         rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
        Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Karena itu, suplementasi zat perlu diberikan, bahkan kepada ibu hamil yang gizinya baik.  Setiap ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi zat besi sebanyak 30 mg tiap hari, dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pascapartum, perlu diberikan setiap hari.
        Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dapat mengurangi jumlah serapan, Masalah lain yang mungkin timbul adalah sembelit yang dapat diatasi dengan cara memeprbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seprti roti, serealia. dan agar-agar.
(Arisman, 2004: 62).
f.       Tes penyakit menular seksual
               Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat popular yaitu sifilis dan gonore. Dengan majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut dirubah menjadi penyakit menular seksual.  Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang semakin luas termasuk didalamnya ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore, kondiloma akuminata, scabies, pedikulosis dll (Obstetri dan Ginekologi, 2005: 90).
               Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seseorang terhadap infeksi, infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin, penyakit yang sering muncul menyertai kehamilan adalah  gonore,klamidia,sifilis dan lain sebagainya. Tes penyakit menular seksual sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan pada janin sehingga angka kesakitan dan kematian dapat dicegah (Jones,2008: 108).
g.      Temu wicara untuk persiapan rujukan
1)             Pengertian
Rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertical, baik untuk kegiatan pengiriman penderita, pendidikan maupun penelitian (Deswita, 2009: 80)
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
2)             Pengertian operasional
            Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu tatanan, dimana berbagai komponen dalam jaringan pelayanan kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara bidan
di desa, bidan dan dokter puskesmas di pelayanan kesehatan dasar, dengan para dokter spesialis di rumah sakit kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumber daya kesehatan dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir yaitu penanganan ibu risiko tinggi dengan gawat obstetri atau gawat darurat obstetri secara efisien, efektif, professional, rasional, dan relevan dalam pola rujukan terencana.

3)             Tujuan Rujukan
a)    Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
b)    Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
c)    Menjalin pelimpahan, pengetahuan, dan keterampilan           (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.
4)             Jenis Rujukan
a)    Rujukan Terencana
Menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi ibu   risiko tinggi sejak awal kehamilan. Ada dua macam rujukan terencana
(1) Rujukan dini berencana (RDB), untuk ibu dengan ada Potensi Gawat Obstetric (APGO) dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah. 7 terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur > 35 tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah < 145 cm, dan 3 pernah adalah riwayat obstetrik, persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan dengan infus/transfusi, uri manual, tindakan pervaginam, bekas opersi sesar. Ada-Gawat-Obstetrik/AGO-Penyakit ibu,preeklampsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak lintang. ibu Risti masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan.
(2)  Rujukan dalam rahim (RDR) atau rujukan in utero bagi janin ada masalah, janin risiko tinggi masih sehat misalnya kehamilan dengan riwayat obstetri jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus imminens  bagi janin, selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, member nutrisi dan O2, tetap ada hubungan fisik dan psikis dalam lingkungan ibunya. (obgynmag.2012 )
b)    Rujukan tepat waktu
      Untuk ibu dengan gawat darurat obstetric, perdarahan antepartum dan preeklampsia berat/eklampsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil. dengan atau tanpa faktor resiko.
      Rujukan terencana berhasilmenyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, pra tindakan tidak membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar, alat, obat generic, dengan biaya yang murah terkendali. sebalik ya rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi, alat, obat dengan biaya mahal dengan hasil ibu dan bayi mungkin tidak dapat diselamatkan. (Prawirohardjo, 2008: 90).

D.   Kerangka Konsep

1.                    Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Pada penelitian terdapat dua variabel yaitu dependen dan independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel independen, yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah pelayanan 7T sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, yang termasuk variabel independen adalah timbang berat badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri, tablet tambah darah, tetanus toxoid, tes PMS dan temu wicara dalam proses rujukan.                 






 E.   Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1.    Pelayanan 7 T adalah komponen pelayanan antenatal yaitu timbang berat badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri, tetanus toxoid, tablet tambeh darah, tes penyakit menular seksual dan temu wicara dalam proses rujukan, dengan kriteria obyektif:
a.    Ya             : jika dilakukan pelayanan 7T.
b.    Tidak        : jika ada komponen 7T yang tidak dilakukan.
2.    Timbang berat badan adalah penimbangan berat badan yang dilakukan setiap kali kunjungan. Dengan kriteria obyektif:
a.    Ya             : jika dilakukan pengukuran berat badan setiap
  kunjungan.
b.    Tidak        : jika  tidak dilakukan pengukuran berat badan setiap
  kunjungan.
3.    Tekanan darah adalah pengukuran tekanan darah yang dilakukan setiap kali kunjungan dengan kriteria obyektif:
a.    Ya             : jika dilakukan pengukuran tekanan darah setiap
  kunjungan.
b.    Tidak        : jika tidak dilakukan pengukuran tekanan darah setiap
  kunjungan.
4.    Tinggi fundus uteri adalah palpasi abdomen untuk mengetahui usia kehamilan dengan kriteria obyektif:
a.      Ya            : jika dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri setiap
  kunjungan.
b.      Tidak       : jika tidak dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri
  setiap kunjungan.
5.    Tetanus toxoid adalah pemberian suntikan tetanus toxoid 2 kali selama kehamilan, TT 1 saat usia kehamilan 16 minggu dan TT2 empat minggu setelah  TT1 dengan kriteria obyektif:
a.      Ya            : jika diberikan imunisasi TT 2 kali selama kehamilan.
b.      Tidak       : jika tidak diberikan imunisasi TT 2 kali selama
                kehamilan
6.    Tablet tambah darah adalah pemberian tablet zat besi setiap kunjungan dan minimal 90 maksimal 120 tablet selama kehamilan dengan kriteria obyektif:
a.      Ya            : jika diberikan tablet Fe.
b.      Tidak       : jika tidak diberikan tablet Fe.
7.    Tes penyakit menular seksual adalah  tes yang dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui adanya infeksi menular seksual dengan kriteria obyektif:
a.      Ya            : jika dilakukan tes penyakit menular seksual.
b.      Tidak       : jika tidak dilakukan tes penyakit menular seksual.
8.    Temu wicara dalam proses rujukan adalah pemberian informasi kepada ibu dan keluarganya jika terjadi masalah dalam kehamilannya yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janinnya dengan kriteria:
a.      Ya            : jika di lakukan temu wicara untuk proses rujukan.
b.      Tidak       : jika tidak dilakukan temu wicara untuk proses rujukan.




BAB III
METODE PENELITIAN
A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif, yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum pelayanan 7T pada Ibu Hamil di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar.
B.    Lokasi dan Waktu Penelitian
1.   Lokasi penelitian
Penelitian ini direncanakan di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar yang bertepatan di jalan Gunung Merapi no.73 Makassar yang mempunyai sarana pelayanan Antenatal bagi ibu hamil di kota Makassar, dimana batas-batasnya sebagai berikut:
a.  Sebelah utara berbatasan dengan jalan sungai preman
b.  Sebelah timur berbatasan dengan RS pelamonia
c.   Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Gunung lokon.
d.  Sebelah barat berbatasan dengan Gunung Latimojong.
2.   Waktu Penelitian   
Penelitian ini direncanakan pada bulan maret sampai april 2014.



C.   Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Semua ibu hamil yang datang ke RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar untuk memeriksakan kehamilannya Priode Desember 2013 sampai januari 2014 sebanyak 452 orang.
2.    Sampel
Semua Ibu hamil mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel yang telah memeriksakan kehamilannya di RSKD Ibu dan Anak St Fatimah Makassar periode april sampai maret 2014.   .
D.   Tehnik Pengambilan Sampel
simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak, dimana nomor tersebut ditulis pada secarik kertas, dimasukkan kedalam kotak, kemudian diacak dan diambil nomor sebanyak sampel yang telah ditentukan yaitu  orang (Budiarto, 2005: 63).
Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel adalah:
n =      N
      1 + N (d2)


Keterangan
n          =  jumlah sampel
N         =  jumlah populasi
d          =  tingkat signifikansi (p)
Cara mencari besar sampel:
n =       452
        1 + N (d2)

     n =    452
  1 + 452(0,052)


n =      452       = 400 orang (Budiarto,2005: 65)
            1,13
E.   Cara Pengumpulan Data
Data sekunder dimana data diambil berdasarkan buku rekam medik pemeriksaan kehamilan.
F.    Pengolahan Data
Data diolah secara manual menggunakan kalkulator dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan penjelasan.
G.   Analisis data
Data yang diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan rumus proporsi sebagai berikut:
                      f
            P =            x 100%
    N
            Keterangan
        P   = Distribusi
        f     = Frekuensi
        n   = Jumlah sampel (Budiarto, 2005: 67).
            Setelah menguraikan tentang metode penelitian pada bab III, maka selanjutnya akan dibahas tentang hasil penelitian pada bab IV.



















 

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, 2008, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta

Saifuddin Abdul Bari, 2010, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta

Deswita, 2009, Imunisasi TT dan Rujukan Obsteri, http://www.infokes.com diakses 14 Januari 2010

Budiarto Eko, 2012, Biostatika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: EGC
Budiarto Eko, 2005, Metodologi Penelitian Kedokteran, Jakarta: EGC
Varney Helen, 2004, Buku Saku Bidan, Jakarta: EGC
Hani Umii dkk. 2011, kebidanan pada kehamilan fisiologis,
 Jakarta: EGC
kusmiyati yuni dkk, 2012, perawatan ibu hamil (asuhan ibu hamil). YBP-SP, Jakarta

Staff Dosen FK UNPAD, 2012, Obstetric fisiologi FK UNPAD, Bandung:     Program FK UNPAD

T Ian Wagstaf 2012,Kebidanan dan Kandungan,
Jonhson, 2005, Buku Ajar Praktik Klinik Kebidanan, EGC, Jakarta
Jones, 2008, Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Hipokrates
Kate, 2009, Angka Kematian Ibu di Dunia, http://www.who.reproductive-health diakses 14 Januari 2010

Salmah, 2006, Asuhan Kebidanan Antenatal, EGC, Jakarta
Sinkim, 2008, Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi, Arcan, Jakarta

Saputra, 2009, Antenatal Care, http://www.library.us.co.id diakses 14   Januari 2010

Varney, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta
Wahyudi, 2009, Diagnosis Kehamilan, http://www.library.us.co.id diakses 14 Januari 2010
http://dk-insufa.info/beritaangka-kematian-ibu-di-indonesia-tertinggi-di-asean-



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar